DEPOKTIME.COM, Depok – Buku Tahunan Siswa (BTS) di SMPN 1 Kota Depok mencapai 250-300 ribu yang anggaran dananya dibebankan kepada orangtua siswa, Kepala SMPN 1 Depok mengklaim bahwa pengadaan BTS bukan gagasan pihak sekolah.
“Kami menjalankan kebijakan dari KDM, dan program untuk BTS tidak ada. Kalaupun ada, itu gahasannya bukan dari saya, tetapi komite sekolah,” ujar Kepala SMPN 1 Depok, Iip Saripah kepada awak media, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia pun mengklaim, menjalankan himbauan Gubernur Jawa Barat, dimana tidak ada lagi program jalan-jalan siswa dalam giat perpisahan siswa, begitu juga tentang BTS.
“Sejauh ini kan belum ada, masih dalam bentuk wacana, masih mau ngobrol para komite itu dengan korlas. Itu baru satu kali pertemuan. kalaupun nanti dinas melarang ya kami pun akan menghimbau untuk tidak ada,” jelasnya.
Dikesempatan yang sama, komite SMPN 1 Depok, Ana Wahyuni mengklaim bahwa BTS merupakan keinginan dari anak-anak menjelang perpisahan kelas.
“Pihak kita pun tidak mewajibkan, cuman tentang masalah BTS tersebut dari komite ini, kita itu kan seperti biasa ya tugas Komite itu adalah menjembatani program-program yang ada begitu. Di tahun lalu pun mungkin ada kegiatan-kegiatan seperti itu tapi untuk tahun ini memang mutlak BTS itu adalah kemauan anak-anak. Bahkan mereka sudah membuat desain. Sudah tahu kan kalau SMPN 1 ini banyak anak-anak seni, Nah jadi mereka ini sudah membuat desain-desain sudah membuat gambaran-gambaran dan itu adalah memang mutlak kemauan dari anak-anak,” imbuh Ana.
“Karena kan kita enggak punya acara perpisahan, kita udah enggak boleh yang namanya jalan-jalan untuk meluapkan apa ya rasa kebahagiaan kita lulus dari sekolahnya, sebenarnya program BTS ini tuh gambarnya adalah ada selebrasinya yang di dalam bentuk album ya kan, jadi itu semua dari konsepnya dari anak-anak dan kembali lagi sama anak-anak itu ada kenangan yang untuk anak-anak berupa video juga ada yang bisa mereka share di Instagram, di tik tok dan sebagainya,” sambungnya.
Dirinya pun dalam waktu dekat akan mengumpulkan korlas dan wali siswa untuk pembahasan BTS.
“Saat ini kan hanya korlas saja, nanti kita ada rencana untuk kumpulkan ya istilahnya 50% lah, 50% dari otm (orangtua murid) ini. Ayo ngumpul bareng, kita mau adakan ini (BTS),” ungkapnya.
Belajar dari kegjatan sebelumnya, Ana mengklaim bisa melaksanakan giat jalan-jalan dalam acara perpisahan kelas, walaupun hanya diikuti satu kelas saja.
“Contohnya ya kelas saya itu setiap tahun kita secara pribadi kelas saya mengadakan yang namanya untuk nyenengin anak-anak nih kan dia udah ngumpulin kita tuh ngadain yang namanya jalan-jalan aja ya sekitaran Depok sekitaran Bogor Naik angkot buat nyenengin anak-anak ke tempat hiburan itu kita selalu nyewa fotografer buat kenang-kenangan kayak gitu itu semua murni dari uang kas jadi balik lagi ke anak nya kayak gitu. Itu kita selalu minta sama mereka (fotografer) file Google drive-nya. Enggak semua orang tua bisa buka Google Drive. Tolong terbentuk ininya dong foto-fotonya gitu nah gitu loh, Jadi intinya memang buku (BTS) itu adalah yang akan dilihat anak itu sepanjang masa bahkan mungkin sampai saat dia tua. Dia bisa ditunjukkan nih ke anak cucunya,” pungkasnya. (Udine)












