DEPOKTIME.COM. Sukmajaya – Saat mensosialisasikan program percepatan penurunan stunting dengan menggandeng Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Barat, Anggota DPR RI Wenny Haryanto menyebutkan bahwa Indonesia terancam gagal menuju masa keemasan pada tahun 2045.
Tentunya kegagalan tersebut bukan tanpa sebab. Anggota Fraksi Partai Golongan Karya tersebut menguraikan bahwa pada tahun 2045 akan masuk dalam masa keemasan yang merupakan bonus demokrasi dengan usia produktif dari 15 sampai 45 tahun sebanyak 70 persen.
“Terancam gagal karena adanya stunting yang tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 5 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Perpres tersebut memuat acuan yang harus dicapai oleh pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting dan menunjuk BKKBN sebagai ketua pelaksana penurunan Stunting,” urai Wenny Haryanto dalam Sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja Tahun 2022 di Balai Sarmili Depok, Jl. Kemakmuran Raya No.63 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok pada Rabu (12/10/2022).
Untuk melakukan penurunan angka stunting, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak, dimana saat ini, Indonesia pada tahun 2022 berada di angka 24,4 persen dan harus menurun ke angka 14 persen pada tahun 2024.
“Kota Depok sudah mencapai 12,3 persen paling rendah se Jawa barat untuk angka stuntingnya. Namun, harus terus berupaya menjadi zero stunting di tahun 2024. Upaya yang cukup berat ini harus kerjasama dari masyarakat karena masyarakat merupakan ujung tombak,” jelas Wenny.
Dirinya menguraikan bahwa stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan karena kurang gizi kronis pada 1000 hari pertama pada kehidupan. Sejak bayi masih didalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Anak lebih pendek dari seusianya dan mengalami keterlambatan dalam berfikir.
“Ciri-ciri stunting ada 7 yakni, pertumbuhan gigi terlambat, menurunnya kemampuan fokus dan memori belajar, pertumbuhan tubuh melambat, wajah terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya, pubertasnya terlambat pada usia 8-10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang disekitarnya, dan rawan terserang penyakit, karena kurang gizi sistem kekebalan tubuh berkurang,” terang Wenny.
Tentunya, stunting bisa dicegah dengan memperhatikan beberapa hal penting, terutama untuk calon ibu yang sedang mengandung.
“Saat hamil konsumsi tablet penambah darah, penuhi kebutuhan nutrisi saat hamil (4 Sehat 5 Sempurna), ketika bayi lahir lakukan imunisasi lengkap, berikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa dicampur oleh susu kaleng ataupun lainnya, perilaku hidup sehat, ketika Ibu hamil, jauhi asap rokok. Biasakan habis BAB cuci tangan di air mengalir, terus pantau pertumbuhan anak dengan cara dibawa ke puskesmas/ posyandu untuk melakukan timbang berat badan, ukur tinggi badan dan ukur lingkar kepala,” pungkas Wenny. (Udine).