DEPOKTIME.COM, Depok – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menerapkan pola kemiliteran untuk mengatasi persoalan anak nakal. Sementara itu, Plan Indonesia menyebut pendidikan karakter positif bisa dimulai dari rumah.
Dikatakan oleh Director Programme Plan Indonesia, Ida Ngurah bahwa paling penting yang harus dilakukan adalah dengan adanya pendidikan karakter positif bagi setiap anak.

“Pendidikan karakter yang positif bagi setiap anak dimulai dari orang tua di rumah, pengasuh, guru ataupun komunitasnya,” ujar Director Programme Plan Indonesia, Ida Ngurah kepada awak media dalam Festival Ranah Muda di Gedung Balaikota Depok lantai 10, Minggu, 18 Mei 2025.
Lebih lanjut Ida Ngurah katakan bahwa pendidikan karakter bukan hanya fokus kepada institusi kemiliteran.
“Kekerasan kepada teman sebayanya atau bagaimana memastikan perlindungan terhadap anak dan anak kaum muda dalam setiap kegiatan yang melibatkan kaum muda di bidang itu juga memastikan bagaimana kesetaraan antara anak muda perempuan dan juga anak muda laki-laki, bagaimana mereka bisa sama-sama berpartisipasi secara setara dalam pembangunan,” tutur Ida Ngurah.
Ida Ngurah menjelaskan bahwa sebagai mitra pemerintah, Plan Indonesia juga berkolaborasi dengan mitra-mitra lokal dan juga organisasi yang dipimpin oleh kaum muda.
“Nah, project ini sudah berlangsung selama 3 tahun di Kota Depok. Tujuannya adalah memastikan adanya keterlibatan kaum muda pada pembangunan Kota Depok dan juga penyelesaian masalah yang ada di kota Depok terkait dengan lingkungan dan melakukan aksi perubahan iklim yang ada di kota Depok,” tambah Ida Ngurah.
Plan Indonesia adalah perpaduan program antara pembangunan dan kemanusiaan. Terdapat banyak kegiatan yang urban seperti dalam bidang pembangunan, pemberdayaan pemuda menjadi bagian dari solusi.
“Untuk itu, setiap kegiatan yang dilakukan memastikan kesetaraan antara anak muda perempuan dan juga anak muda laki-laki. Mereka bisa sama-sama berpartisipasi secara setara dalam pembangunan,” imbuh Ida Ngurah.
Perihal anak nakal dikirim ke barak militer, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyebutkan bahwa bukan berarti anak-anak wajib militer. Akan tetapi, orang tua yang sudah tidak punya kesanggupan untuk mendidik anaknya bisa diserahkan ke pemerintah.
“Kalau saya lihat, saya bicara dengan orang tua itu tepuk tangannya kenceng banget, artinya memang sudah menjadi keresahan ya. Bukan anak-anak diwajibin militer, orang tua yang sudah tidak punya kesanggupan untuk mendidik anaknya karena anaknya nakalnya luar biasa bisa diserahin ke kita, gitu loh. Jadi tidak ada unsur pemaksaan, kalau orang tuanya nggak boleh kita nggak akan,” jelasnya.
Berbeda dengan kondisi dan fakta yang terjadi di Indonesia, anak nakal tidak dikenai wajib militer.
Konyolnya, guru yang notabene memiliki niat baik mendidik justru bisa masuk penjara jika salah dalam melakukan tindakan disipliner. (Udine).