BERITA  

Naik Transportasi Publik, Mohammad Idris Kecopetan

DEPOKTIME.COM, DEPOK-Dalam peluncuran Bus Rapid Transit (BRT) dan Jabodetabek Residence Connection (JRC) di Terminal Depok, Wali Kota Depok, Mohammad Idris menceritakan bahwa dirinya pernah kecopetan saat naik transportasi publik.
“Saat menggunakan transportasi umum dalam tugas sebagai dosen di salah satu universitas di Jakarta, Saya pernah kecopetan,” ujar Wali Kota Depok, Mohammad Idris, Rabu (24/03/2021).
Lambat laun, kondisi seperti itu berubah dan ada banyak peningkatan-peningkatan dari PPD dalam pelayanan transportasi publik. Dirinya juga menjelaskan bahwa dalam perbaikan pelayanan transportasi publik, Kota Depok telah berproses. Saat ini kita telah kaji transportasi rel darat di udara dengan Kementrian Perhubungan.
“Kita sedang kaji dan berharap ada pihak ketiga yang melirik dan yang mau berkolaborasi terkait hal tersebut,” jelasnya.
Ia pun mengatakan bahwa selebar apapun jalan di Kota Depok dengan imigrasi masih berlangsung dengan peningkatan volume 3,4 persen per tahun, tidak akan menyelesaikan persoalan kemacetan yang ada di Depok.
“Tahun 2019, Kota Depok dapat penghargaan Wahana Tata Nugraha dari Kementrian Perhubungan RI. Dan kami masih menunggu hadiah dari Kementrian Perhubungan berupa mobil pengantar anak-anak sekolah,” kata Mohammad Idris.
Dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok, Dadang Wihana meyebutkan bahwa keberadaan jumlah Bus Rapid Transit (BRT) dan Jabodetabek Residence Connection (JRC) saat ini hanya tiga armada.
“Berjalannya waktu, nanti jumlah armada akan ditambah. Dan dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi sampai 30 persen serta masyarakat yang bekerja di Jakarta bisa beralih kepada angkutan umum,” terang Dadang Wihana.
Ia pun menegaskan ini merupakan propaganda dalam pelayanan dilingkungan permukiman. Sehingga masyarakat yang mayoritas disuatu permukiman dan bekerja di Jakarta bisa menghemat waktu jarak tempuh.
“Tentu ini menghemat waktu hingga satu setengah jam. Dari GDC hingga cempaka putih maksimal satu setengah jam lebih hemat 30 menit dari waktu tempuh sebelumnya karena armada tidak berhenti dan tidak menurunkan penumpang, hanya diarea tertentu saja,” tandas Dadang Wihana. (Udine/DT).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *