“Bekas Tangan” Vega Jelly Sajikan Luka Hati

Vega
Penyanyi Vega Jelly. (Foto: Akhirudin)

DEPOKTIME.COM, Jakarta – Lagu “Bekas Tangan” yang dibawakan oleh penyanyi Vega Jelly berhasil menyajikan narasi pedih tentang luka hati akibat cinta yang tak berbalas.

Melalui lagu ini, Vega Jelly menyampaikan pesan bahwa setiap orang layak mendapatkan cinta yang tulus, bukan hanya dijadikan pelarian dari “luka bekas tangan” masa lalu.

Ditulis oleh Barkowi Hudhud, lirik lagu ini menggambarkan perasaan seseorang yang merasa dicintai dengan setengah hati, bahkan mungkin hanya dijadikan pelarian.

Lagu ini dibuka dengan pernyataan tegas, “Jangan samakan luka hatiku / Dengan semua luka bekas tanganmu.” Baris ini bukan sekadar perbandingan, melainkan penolakan mentah-mentah atas perlakuan sang kekasih.

Luka yang ia rasakan adalah luka batin yang dalam, berbeda dengan luka fisik yang dianggap sepele oleh pihak lain. Rasa sakit ini memuncak saat ia menyadari bahwa cintanya selama ini “palsu”.

Sentuhan Magis di Balik Produksi

Kesuksesan lagu “Bekas Tangan” tidak lepas dari kolaborasi apik tim produksi. Ridho Orien bertanggung jawab penuh dalam aransemen, mixing, dan mastering, memberikan sentuhan musik yang modern dan sendu.

Melodi yang menyayat hati ini semakin terasa dalam denganadanya alunan biola dari Hendri Lamiri dan suara suling dari Barok, yang memberikan karakter khas pada lagu ini.

Aspek visual dari lagu ini juga digarap secara profesional oleh tim Hudhud Pro sebagai videografer dan lighting. Video musik yang diproduksi dengan apik membantu memperkuat narasi dari lirik, membuat penonton dapat merasakan langsung kepedihan yang diceritakan.

Semua elemen produksi ini berada di bawah naungan Sultan Music Indonesia sebagai Executive Producer, yang memastikan lagu ini dapat dinikmati oleh khalayak luas.

Pesan Mendalam tentang Nilai Diri

Secara keseluruhan, “Bekas Tangan” adalah lagu yang menggambarkan perjalanan emosional dari kekecewaan, kesakitan, hingga penerimaan pahit bahwa cintanya tidak dihargai.

Lagu ini menjadi pengingat bahwa luka batin bisa lebih sulit disembuhkan daripada luka fisik, terutama saat cinta yang diharapkan justru menjadi sumber utama penderitaan. (Udine)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *