Pelaksanaan UTBK-SNBT 2025, Khairul Munadi Pastikan Penyelenggara Miliki Akses untuk Difabel

Difabel
Dirjen Dikti Kemendiktisainteki, Prof. Dr. Khairul Munadi S.T., M.Eng didampingi Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hery Hermansyah usai Konferensi Pers Pelaksanaan UTBK- SNBT 2025 di Fakultas Hukum UI, Universitas Indonesia pada Rabu 23 April 2025. (Foto: Akhirudin)

DEPOKTIME.COM, Depok – Dirjen Dikti Kemendiktisaintek Prof. Dr. Khairul Munadi S.T., M.Eng memastikan bahwa pusat-pusat UTBK atau penyelenggara memiliki akses untuk peserta Difabel.

“Soal difabel, nah difabel ini sudah disiapkan kalau di data yang untuk difabel sebanyak 377 orang ya, ada tuna netra sebanyak 70 peserta, tuna daksa 98 peserta tuna rungu 192 peserta dan tuna wicara 17 peserta. Nah ini juga kita memastikan pusat-pusat UTBK atau penyelenggara itu memiliki akses untuk difabel,” ujar Khairul Munadi kepada awak media dalam Konferensi Pers Pelaksanaan UTBK- SNBT 2025 di Fakultas Hukum UI, Universitas Indonesia pada Rabu 23 April 2025.

“Jadi mereka harus kita tempatkan di yang misalnya tangga nya tidak ada ya, pakai tangga landai, lalu harus ada pilihan ke satu dan kemudian tempat duduknya. Serta pelaksanaan ujiannya itu materinya sesuai dengan mereka teman-teman difabel. Itu kita sudah siapin untuk difabel. Nah, selain itu juga soal dan substansi dari dukungan fasilitasnya kita siapin, jadi itu sudah kita rancang sejak jauh-jauh hari,” sambungnya.

Ia pun menerangkan bahwa Universitas Indonesia terdapat 76 orang peserta difabel.

“Kita bisa melihat juga lokasi ujian dan difabel yang kebetulan ada di Universitas Indonesia. Kita ada 76 orang peserta difabel, tadi ada 12 peserta. Cuma pasti sesinya perlu di cek apakah di sesi hari ini atau di sesi ketiga. Jadi besok pagi di sesi ketiga teman-teman bisa melihat bagaimana proses ujian untuk para peserta yang difabel,” terangnya.

Terkait dengan proses penerimaan mahasiswa baru, ia juga menjelaskan bahwa masih menunggu dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

“Nah, untuk saat ini kita memang belum melakukan kebijakan karena masih menunggu penetapan dari Kemendikdasmen walaupun ini sudah ditunjukkan. Dan kami akan mendukung dengan melakukan berbagai persiapan yang saya sampaikan tadi. Kita perlu melakukan penyesuaian tapi juga perlu mengkaji hal-hal apa yang perlu kita sesuaikan,” jelasnya.

“Secara umum, sebetulnya yang ingin kita jaga tercermin dalam konteks penjurusan bahwa seleksi masuk perguruan tinggi, selain adil, tetap relevan dengan latar belakang akademik siswa. Nah ini yang nantinya kita ingin pastikan ya,” sambungnya.

Terdapat wacana, dimana dalam proses penerimaan mahasiswa baru agar disesuaikan dengan latar belakang akademik siswa.

“Wacana untuk melakukan itu juga sangat terkait dengan bagaimana agar latar belakang akademik siswa yang sudah mereka dapatkan selama siswa menengah itu juga nanti akan mendukung penyelesaian studinya ketika melanjutkan program studi yang dipilih di perguruan tinggi. Jadi, nanti akan lebih detail kami akan melakukan kajian terkait itu proses dan sebagainya,” tuturnya.

Dikesempatan yang sama, Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hery Hermansyah katakan bahwa Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi memiliki berbagai macam program studi dan memiliki ciri serta karakter yang diberikan sesuai dengan keilmuannya.

“Kalau kita bagi itu ya, ada tiga klaster program studi, kluster kesehatan seperti kedokteran, kedokteran gigi, dan seterusnya. Kemudian ada kluster science technology seperti fisika, kimia, engineering. Kemudian ada kluster sosial humaniora seperti di sini kita di fakultas hukum, ekonomi, ilmu sosial dan sebagainya. Tentunya pada saat masuk universitas akan memudahkan bagi si mahasiswa apabila dia saat SMA sudah terekspos dengan keilmuan yang mulai menjurus ke peluang studi yang diminatinya tersebut,” ucapnya.

Dirinya tidak memyangkal jika terdapat bidang-bidang keilmuan yang bisa menerima dengan berbagai latar belakang karena tadi tidak dipersyaratkan pada persyaratan yang spesifik.

“Jadi dengan nanti kalau jadi kembali ke penjurusan IPA IPS, itu akan mudah dengan bidang yang akan dituju. Misal sekarang terkait dengan bidang Saintek, orang akan memilih bidangnya. Tetapi di saat SMA misal sudah ada ke Saintek mungkin saat dia milih ke peminatan perguruan tinggi yang relevan itu juga bisa lebih fokus. Untuk bidang-bidang sosial humaniora tentunya juga disana memerlukan ekspos yang cukup besar juga. Untuk fakultas hukum, humaniora juga akan relevan dengan IPSĀ  karena mereka sudah terekspos dengan berbagai keilmuan di sana,” imbuhnya.

“Tetapi tentunya lintas jurusan juga memungkinkan, karena SMA itu walau bagaimana masih relatif general, memerlukan kedalamannya, lebih spesifik lagi sesuai bidang keilmuan terkait. Nah sebagai universitas, intinya domain apa yang didapat di SMA, kita tidak intake mahasiswa yang masuk perguruan tinggi itu adalah tanggung jawab perguruan tinggi. Kemudian kita membina mereka, mencerdaskan mereka sesuai dengan bidang keilmuannya, sehingga dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang relevan dengan kebutuhan pembangunan,” pungkasnya. (Udine)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *